Terkadang saya benci sekali menjadi pribadi yang seperti ini. Yang kerap kali menangis akan hal-hal 'biasa' aja. Mulai dari ngobrol dan dapat wejangan dari orang tua, ngeliat anak kecil minta-minta di pinggir jalan, nonton film, baca novel, bahkan sampai nonton iklan Thailand (asli, gak ngerti semua iklan Thailand nampaknya so touchy!)
Benci.
Benci aja gitu terlihat menye-menye, terlihat lemah, terlihat terlalu sensitif, terlihat hmmm lebay! Kalau lagi baca novel sampai bercucuran nangisnya, entah karena ceritanya bener-bener bagus atau karena menganggap cerita yang mengharukan itu mirip sama kehidupan yang dialami. Lagi LDRan jauh dari orang tua, pas teleponan sama bokap terus sesenggukan. Blah.
Paling menyebalkan adalah ketika dihadapkan sama suatu keadaaan emosional dikit terus bisa naik turun moodnya. Gak berhenti bercucuran air matanya. I know, so lame, huh?
Yang paling parah harus ketika cek ke rumah sakit gara-gara bleeding 1,5 bulan. Man, sebulan lebih berdarah-darah sampai harus ganti pembalut sehari sampai 5-6 kali lebih was really something. Lemes ya bok liat darah melulu tiap hari. Kata dokter apa? "Kamu stress aja nih, chill aja, relax, enjoy your life!" Wtf! Gitu aja? I mean alhamdullilah penyebabnya bukan macam kista, polip, myom, kanker kayak apa yang saya baca dari Google. But hey... Was this real? Itu aja? Gak bisa lebih serius dikit sakitnya? Well, at that time I've been through very rough moment sih emang. Tapi lhaaaa, segitunya? Abis usap-usap pake gel USG terus bayar 1,4 juta. Nangis.
Udah untung lah emang kalo cuma sakit kepala sama migren-migren aja, asal jangan sampai bleeding lagi. Oh please no.
Amazed sendiri.
Ini karena hati yang oversensitive aja apa gimana ya.
Kadangkala, gak kadang aja sih, sering malah. Ada banyak hal yang terjadi tidak sesuai rencana, tidak sesuai ekspektasi. Imbas dari punya hati sensitif macam pantat bayi inilah mungkin ngefek beneran jadinya hal yang mungkin bisa 'chill' aja jadi kepikiran kebawa perasaan. Banget!
Kalau udah kebawa perasaan jadi penyakitan. Doh!
Nampaknya hidup memang lebih menyenangkan dan penuh warna ketika manusia tidak punya ekspektasi apa-apa. Membiarkan semua mengalir begitu saja. Penuh kejutan kalau tiba-tiba yang bahagia terjadi di depan mata. Rasanya deg-deg ser gimana gitu. Kalau istilah saya dengan sahabat saya dulu ketika saya pacaran "ada kupu-kupu di perut lo ya, Nda?" gitu kata si Gita. Haha yes, you know what I mean right? That quote, there is butterfly in my stomach.
Topiknya jadi melebar, so balik lagi. Bagi sebagian orang, khususnya yang memiliki karakter kayak saya. Galak luaraya doang, dalamnya macam barang pecah belah, fragile. Berhati-hatilah. Karena suatu kejadian yang membuat kita merasa sedih akan jadi tambah parah if we put high expectation on it. Cukuplah sudah merasa sedih kan, dengan adanya ekspektasi yang tidak kesampaian, sedihnya jadi dua kali lipat. Trust me. Terus udah sakit hati, ternyata bisa sampai sakit badan juga. So be careful, you don't wanna waste your energy and health for something that unnecessary, don't you?
Then lower your expectation or better do not put it at all (well ini susah sih). Ha. Lha iya human has ego, demand, seiring berjalannya waktu berkembang pula, it adjusts with your current role. Kalo dulu cuma pacaran, sekarang udah nikah, rolenya tambah, demandnya juga tambah. Kalo dulu cuma nikah, sekarang udah punya anak, jadi orang tua. Rolenya tambah, demandnya juga tambah. Jadi lah ada istilah egois, demanding. Susah kan? Banget. Cuma bukan berarti immpossible.
So apa yang perlu di adjust? Hati.
Iya hati. Udah.
Saya bilang lagi. Susah. Tapi bukan berarti mustahil dilakukan. Ribet? Sakit? Pasti. Namanya juga 'penyesuaian'. Adjusting. Adjusting feeling, so gak menye-menye lagi, gak bercucuran gak jelas lagi. Hati yang sensitif sometimes kills you sih.
Yang berasa manja kurang-kurangin lah manjanya. Yang cuek ya peduli lah dikit. Yang minta hak terus coba pikir dah jalanin kewajiban belum. Yang mau sedih ya bawa happy aja (gimana kek caranya, baca buku, denger musik, beli lipstick, beli tas, shopping, ngobrol sama temen, hangout, makan es krim, atau malah zikir, solat).
I think put expectation itu boleh, asal udah siap antisipasi kalo yang terjadi nanti ada dua kemungkinan. Sesuai atau tidak sesuai dengan ekspektasinya. So far, saya merindu masa dimana "happiness comes effortlessly" tanpa upaya dan tenaga. Dan hasilnya bikin sumringah seharian. I miss the moment when there is a butterfly in my stomach.