Book Review: The Life-Changing Magic of Tidying Up, Pada Praktik Sebenarnya

Sunday, October 15, 2017



Siapa yang enggak mau punya rumah yang setiap pojokannya bisa jadi Instagram material and Pinterest look a like? Atau seperti model house / room pas lagi liat marketing gallery apartemen atau perumahan? Or just simply mirip sama model room-nya Ikea?
Dari dulu saya cuma bisa ngayal aja dan wondering kapaaaaann yaaa rumah saya bisa jadi kayak gitu? Karena hidup sampai umur segini, dari jaman masih single cuma punya possesion atas kamar sendiri yang seuprit di rumah orang tua, lalu kamar kosan, lalu sampai akhirnya 2 bedrooms apartement, dan 1 rumah land house, barang-barang saya (kami, karena udah married jadi sama suami) selalu cluttered, alias berserakan. Gak berantakan banget tapi ya kurang sedap aja dipandang karena banyak perintilan gak penting yang enggak sadar terdapat di setiap ruang, setiap wadah, setiap pojokan, mulai dari koin, peniti, jepit rambut, bon-bon bekas, kabel elektronik, buku, plastik bekas beli sesuatu, patahan suatu benda yang enggak tau itu benda apa coba, dan masih banyak lagi. Dan gak sadar kecil-kecil perintil yang kelihatannya gak seberapa ternyata create a lot of noise in my mind. Sehingga quote a clear desk is a clear mind bener banget adanya. Lebih-lebih, clear house is a clear life jadinya.



Marie Kondo, wanita Jepang umur tigapuluhan, penulis buku yang merupakan ibu dari 2 orang anak bekerja sebagai TIDYING CONSULTANT dengan The KonMari Method-nya ini sukses membuat saya bisa melangkah pada step pertama menciptakan rumah impian saya. The first key is: make it tidy. Selama ini saya selalu berpikir bahwa saya messy by nature, I was born untidy, alias yaudah dari sononya begitu. Padahal kalau dipikir-pikir enggak juga. Saya suka meng-organise sesuatu. Suka beli-beli storage dan berbagai macam kotak hanya untuk menempatkan sesuatu. But in the end setelah habis bebenah, gak sampai sebulan udah berserakan lagi. Ternyata selama ini saya hanya salah metode. Hari ini tepat 1 bulan dari aksi pertama saya bebenah. Dan rumah saya tetap rapi dan gak cluttered lagi padahal biasanya habis bebenah hanya bertahan paling lama 2 minggu, sekarang semakin kesini malah semakin rapi. 

Seperti yang Marie tulis pada bab pertama bukunya, You can't tidy if you've never learned how. Tepat sekali menggambarkan apa yang saya alami selama ini. Menurutnya, tidying adalah hal basic yang sangat esensial yang semua orang anggap mampu melakukannya. It has taken for granted sebagai sesuatu yang telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari, layaknya seperti cara makan adalah memasukkan makanan ke mulut. Gakada yang benar ataupun salah selama makanannya masuk ke dalam mulut terlepas masuknya menggunakan tangan atau sendok. Padahal sesungguhnya tidying alias bebenah bukan perkara bikin sesuatu jadi rapi aja but more to put our things, our house in order so it will keep that way. And most of us never get a properly lesson about tidying, when there's a lesson bermain musik, berbahasa asing, memasak, berkebun, merangkai bunga, menjahit, dan berbagai kegiatan lainnya, bebenah dan merapikan barang (dan rumah) in order (in order maksudnya sesuai urutan, sehingga akan tetap pada kondisi yang sama dan dalam jangka waktu yang lama, bukan yang setiap habis bebenah gak sampai beberapa hari udah cluttered lagi) tidak pernah mendapatkan perhatian khusus karena telah dianggap sebagai suatu yang alamiah, yang come by nature, orang tua kita pun tidak pernah menekankan cara-cara yang khusus dalam bebenah.  We've never learned how to tidy properly. As long as is not messy, we all are OK with that.
But hey, tidying is different with organising

Banyak reaksi yang sudah saya duga diluar sana akan muncul terhadap buku ini  seperti:
-Lah mau beres-beres rumah repot amat mesti baca buku dulu.
-Yaiyalah dia bisa beberes biar rumah jadi kayak yang di Instagram, dia kan gak kerja, single lagi,  lah gw mana ada waktu, udah kerja, ngurus anak sama suami lagi.
-Yah susah mau beberes biar rumah jadi keliatan bagus, itu yang di Pinterest kan emang dasarnya rumahnya aja udah bagus. Barang-barangnya aja mahal-mahal.
-Duh beberesnya  aja udah gakada waktu, ni lagi disuruh baca buku. Lagian gw gak suka baca buku.

All I can say is: Stop making excuse!
If you are exploring her Instagram account @mariekondo or just simply open the Instagram hashtag seperti #thekonmarimethod atau #sparkjoy ada banyak post bentuk-bentuk storage dan rumah yang rapi, yang sedap dipandang mata. Ada yang punya anak dan kerja juga tapi lihat feed-nya rumahnya kok bisa tertata sedemikian rupa ya. Ada juga yang rumahnya biasa aja, storagenya juga biasa aja malah pake kotak sepatu tapi tetap kelihatannya enak dipandang dan menenangkan. Dan yang paling penting tujuannya adalah biar rumahnya tidy jadi kita happy bukan buat jadi yang mirip kayak yg di katalog Ikea.

So, saya anjurkan banget baca buku ini diumur kita yang masih segini, sebelum mencapai umur seperti orang tua kita sekarang, yang you know kan, udah numpukin barang sedari puluhan tahun lalu (mungkin dari sejak mereka menikah dan kita belum lahir), it will make the tidying process harder karena possesion kita juga pastinya udah semakin banyak. I am so grateful know this method and the principles in my early life, when my marriage life juga masih seumur jagung. Barang saya dan suami belum begitu banyak. Well dari almost 3 tahun menikah dan tinggal di rumah saya yang sekarang aja, saya bisa membuang lebih dari 5 kardus besar (so bayangkan berapa banyak junk yang harus dibuang dari hasil tumpukan hidup selama puluhan tahun, especially when we have a big house, we always tend to add more for our possesion). 

Untuk tenggat waktu dalam tidying process dengan TheKonMari Method juga bervariasi, saya melakukannya 1 bulan penuh (well, karena barang-barang saya juga masih belum begitu banyak), mengikuti panduan demi panduan per kategori setiap benda yang Marie jabarkan dalam bukunya. Biasanya berkisar antara 3-6 bulan. Dan maksimum adalah 1 tahun untuk menyelesaikan bebenah yang besar-besaran ini. Ingat ya, bukan menyusun alias organising but we are tidying, merapikan-membuang yang tidak diperlukan, melakukan sesuai urutan, mereset kembali pola pikir kita akan possesion terhadap suatu object, bukan sekedar menyimpan dan menyusun timbunan barang yang kita miliki untuk terlihat rapi sementara.

My favorit line in this book adalah,
Tidying is a special event. Don't do it every day.
First I saw that line, my reaction like "What? Seriously?!" Dari banyak artikel yang saya baca, justru yang namanya bebenah itu harus dilakukan setiap hari, sedikit demi sedikit, kalau hari ini bebenah kamar, besok ruang tamu, besoknya dapur. Dan ternyata metode tersebut kurang tepat. At least untuk saya. Coba bebenah berdasarkan kategori, jadi dimulai dari baju, karena baju adalah objek yang nilai sentimentalnya sangat rendah baru beranjak pada yang lebih sulit, seperti buku, paper, dan komono (miscellaneous yang meliputi segala perintil muai dari makeup, segala yang ada di bathroom, and kitchen, lalu diakhiri dengan yang nilai sentimantalnya paling tinggi, yaitu foto. By starting with the easy things first and leaving the hardest for last, you can gradually hone your decision-making skills, so that by the end, it seems simple. Jadi bebenah harus dilakukan sekaligus, tidying marathon, berjam-jam berhari-hari, konsisten dalam jangka waktu yang tertentu. Simply put jam ini, hari ini mau bebenah kategori baju. Jam segini, hari ini mau bebenah kategori paper. Do it in one fell swoop, in one go! So after we do the major tidying yang mungkin memkan waktu 1 bulan ataupun 1 tahun tersebut dan dengan jumlah waktu yang lama, kegiatan tersebut hanya 1x seumur hidup kita lakukan. Marie bilang, tidying yang ia lakukan biasanya hanya 1 kali dama setahun dan hanya memakan waktu 1 jam saja.
And because we are not doing it everyday, is "gw sibuk gak punya waktu" will be an excuse?

Yang paling penting sesuai dengan judul buku ini yaitu "magic" dalam tidying. Saya mulai mengalami magic tersebut mulai dari jadi lebih konsisten ikut yoga tiap hari - 5x seminggu rutin di jam yang sama dan gak malas bangun pagi lagi, tidak lagi makan mi instan dan chips yang gak pernah absen saya beli ketika groceries shopping, jadi rajin lipat laundry (padahal biasanya tunggu 4x nyuci baru ngelipet itu juga harus dibantuin suami), hubungan komunikasi dengan suami yang semakin membaik, dan yang paling magic adalah ketika suami bilang "Aku mau berhenti ngerokok!" I more becomeeee happier now. Dalam testimoni clientnya bahkan ada yang bilang bisnisnya meningkat sejak bebenah dan yang paling wow: "Your course taught me to see what I really need and what I don't. So I got divorce. Now I feel much happier."

A dramatic reorganization of the home causes correspondingly dramatic changes in lifestyle and perspective. It is life transforming.

When you put your house in order, you put your affair and your past in order, too.

Maybe that is why from what she said that her client never rebound. Alias gak pernah ada yang habis bebenah lalu rumahnya cluttered lagi dan messy lagi, lau harus ngulang proses tidying dari awal lagi. Dan waiting list untuk jadi client buat bebenah rumah ini bisa 3-6 bulan lamanya. Karena habis bebenah in one fell swoop, yang dramatis, bukan yang sedikit demi sedikit, secara visual kita melihat perubahan yang signifikan that encourage us to keep doing it because don't want to go back to the previous phase.

The KonMari Method mengharuskan kita untuk discard everything, store later. So setelah mengumpulkan benda dan memulainya secara urut berdasarkan kategori, maka langkah selanjutnya adalah ask to ourselves,
"Does this spark joy?"
dengan harus menyentuh setiap benda tersebut. Because the answer will pop up in your mind after the energy flow between your body through your hand and your belongings. So keep only things that sparks joy! Discard the rest, alias buang semuanya. Keep only things that make you happy, imagine if just by simply looking to the object is thrilling you, so what will you feel when you are really using it?
Akhirnya sudah sebulan ini saya membuang asbak rokok suami saya. Dan dia gak pernah nyariin lagi, padahal dulu saya geser ke tempat lain aja kalang kabut nyariinnya. Because he is no longer smoking at our house balcony now. And he smells more lovely, more like baby. Haha, see? That's exactly why we have better communication and relationship now, because I'm willing to sit next to him comfortably and have a chit chat conveniently yang gak pernah terjadi dari dulu, mood saya selalu rusak udah nunggu belasan jam dia pulang kantor tapi disambut akan asap rokok yang bikin moment dimana harusnya quality time jadi sesuatu yang paling ditunggu jadi gak asik karena saya gak pernah fokus dan akhirnya cenderung ilfil buat deket-dekat sama dia dan berakibat saya yang nggak pernah nyaman buat berkomunikasi dan bercerita panjang lebar dengannya.

KonMari bilang kalau rumah bisa jadi berantakan karena tidak tau 'rumah' dimana masing-masing benda tersebut. Sehingga kita selalu gagal mengembalikan benda-benda ke 'rumahnya' dan akhirnya berantakan dimana-mana. Jadi designate a place to every single things of our things. Dan menurut Marie, our possesion is like us, like human. Kita senang jika dikelilingi oleh teman-teman yang mempunyai latar belakang yang sama dengan kita. Maka benda-benda milik kita juga senang ditempatkan dengan benda lain yang sifat atau fungsinya yang sama. Misal semua dokumen, surat yang berbahan dasar kertas ditempatkan berdekatan dengan buku yang bahan dasar utamanya juga kertas. Dengan demikian memudahkan otak kita juga dalam mengkategorikan dan mengingat 'rumah' masing-masing benda yang kita miliki tersebut.

Dalam proses tidying, tahan diri untuk beli-beli storage sebagai 'rumah' baru benda-benda kita sampai proses discarding ini selesai. Box-box bekas yang ada di rumah bisa dimanfaatkan untuk temporary storage sebelum membeli storage yang benar-benar kita butuhkan. Beli storage yang bagus apalagi yang mahal bisa diputuskan di langkah terakhir saat kita telah melihat tampilan akhir dari object yang akan kita 'rumahkan'.

Saya akan share sedikit gambar yang saya dokumentasikan pada tahap saya tidying di paling awal proses yaitu di kategori: BAJU. Tips dari saya jika mau tidying dengan The KonMari Method, selalu dokumentasikan before & after photo. Jadi kita bisa menyaksikan kembali sejauh mana kerja keras dan perubahan signifikan yang kita lakukan. Sayangnya sebulan ini saya terlalu bersemangat dan berentusiasme tinggi untuk bebenah melulu jadi lupa foto before-nya.







Marie mengaharuskan kita mengumpulkan setiap kategori yang mau kita rapikan pada satu tempat agar memudahkan kita by touching it one by one to do the 'joy examination'. 


Dan gambar di atas ini adalah kardus pertama berisikan baju yang saya discard (layak didonasikan). Masih ada another 3 kardus berukuran sedang lainnya yang berisikan 80% baju saya, dan sisanya baju suami serta linen and bedding equipment yang ternyata doesn't spark joy!

Dalam tidying clothes, Marie mengharuskan to fold and store them vertically, not horizontally. So no more susun baju ke atas seperti yang biasa kita lakukan. Makanya drawer putih transparan yang udah saya incer tapi saya tahan untuk gak beli setelah 6x bolak-balik ke Muji ini akhirnya kebeli juga setelah saya benar-benar selesai discard and fold every single piece of my clothes (and it fit perfectly). By folding, it really helps to determine which one sparks joy and we keep it, which one not.



And I am so glad I can fit all my clothing and also my bag just in one wardrobe door like this. Tadinya tas disimpan di lemari lain. Dan baju saya numpang ke pintu kanan wardrobe suami. Sekarang even the second drawer is my husband clothes's! Baju yang dibeli karena diskon dan cuma 1-2 kali pakai sudah enyah. Lalu apa saya udah berhenti beli-beli baju? Tentunya tidak! I love shopping clothes, I am a discount hunter. Sebulan ini saya masih beli baju baru diskonan (tepatnya hanya 1 baju seharga SGD 10). Tapi shopping saya kali ini sejak saya memulai tidying process, betul-betul memeras otak saya untuk bertanya "Does this REALLY spark joy?" Karena Marie bilang, barang tertentu terutama yang discount memang akan sparks joy karena kondisinya itu lagi diskon! But that feel is not gonna be long lasting because that things might be only sparks joy by the time you saw it at the store with the discounted price tag, so it give you thrill, but only happened at that time. It answers why my discount baju cuma kepake 1-2 kali aja.  Ternyata baju tersebut gak mengambil tempat yang spesial di hati kita sehingga ia terlupa dan gak sadar kita tumpukkk sampai banyak, makanya selalu berasa "Lemarinya kurang gede nih!"

Dan akhirnya karena decision-making skill saya juga perlahan telah meningkat. I am so easy to put the 3 pieces clothes yang in the beginning really attract my eyes and my mind back to the rack! Saya jadi mikir berkali-kali untuk menambah kepemilikan saya akan suatu benda, the things should be a thing that really me and make me really happy, the thing should sparks joy!
Dan saya hanya membeli 1 baju seharga $10 tersebut yang saya sangat sangat sangat suka yang saya pengen pake tiap mau keluar rumah. See?! This is the phenomenon when your thing really sparks joy. You want to use it all over again.



Arrange your clothes so that they rise to the right.
Kata Marie, kalau kita menggambar anak panah menuju ke atas, kita akan merasa ringan. Rasa ringan tersebut yang make people comfortable. So, using that principle, organise your clothes like that, seperti anak panah yang mengarah ke atas, so the contents look far more exciting. Dan sesuai prinsip yang dibahas sebelumnya bahwa benda juga sama seperti manusia, maka ketika menggantung pakaian. Kategorikan dengan sama, misalnya dress diletakkan bersandingan dengan dress, lalu kemeja dengan kemeja, lalu blouse dengan blouse. Biar mereka 'ada temannya'. Begitu juga dengan bahan dan warnanya. Baju berbahan berat dan model panjang diletakkan di paling kiri lalu dikuti dengan yang berbahan semakin ringan dengan model semakin pendek.

Di bawah ini adalah transformasi dari 1 trash bag berisikan produk body, beauty, make-up, skincare yang berasal from my vanity and the bathroom drawer. Sample-sample make-up yang enggak tau kapan kepakenya lalu tau-tau sudah kadaluarsa, skincare yang dibeli cuma karena temen bilang bagus tapi ternyata nggak cocok, box-box bekas bedak, masker, lip cream baru yang niatnya mau disimpen untuk di review di blog tapi entah kapan mau mulai nulisnya.

 

And voila, bedside table yang merangkap vanity saya, jadi bikin happy walau cuma sekedar ngeliriknya doang.



Acrylic drawer ini juga sama nasibnya seperti si drawer transparan yang ada dalam lemari saya tadi. Butuh 6x bolak-balik ke Muji mempertimbangkan, sizenya cocok apa enggak, kalau di letakkan di meja mungil ini bisa matching dan really sparks joy apa enggak. Dan yang terpenting seberapa banyak produk yang saya gunakan in daily yang bisa diakomodir dan saya butuhkan untuk betul-betul di display terbuka agar terlihat rapi ini. 


Really, when you are learning how to tidy, every single detail termasuk menahan diri dan rela bolak balik pergi ke toko cuma buat menimbang-nimbang mana yang cocok buat dibeli dan akan sparks joy buat diri kita dalam waktu yang lama sangat berarti besar sekali. Karena sparks joy, literally means to spark the joy just simply by see and touch it. So people who own the possession will feel the energy and become happy surrounded by it. Is that any happier feeling than surrounded by things that you are truly love? And my bedside table now become one of my energy spot. I feel my energy boost up just simply by look at it. Proses dandan sama pake skincare jadi lebih happy, haha.

 

Lanjut section berikutnya benah-benah buku. Remember by category, comic, literature, novel, coffee table book, magazine.  Just keep the book that sparks joy. Bukan buku karena gift, buku yang dibeli karena liat orang lain beli, tapi gak dibaca. Buku yang baru dibaca setengah tapi gak dilanjutin karena jalan ceritanya gak lagi menarik. I discarded my 3 books of series 50 Shades of Grey, padahal buku kedua aja baru dibaca setengah. Dan buku ke-3 even belum saya buka plastiknya. Before tidying I always feel doubt and whisper "hmmm, mungkin ini gak bagus, tapi mungkin chapter selanjutnya bagus". But it stays there. Teronggok dan saya tersibukkan oleh buku-buku baru yang saya lebih suka untuk baca. Meaning those 3 books didn't suit me and their appearance in front of me just make a 'noise'. Salah satu klien Marie, membuang 100 buah lebih koleksi buku yang Ia punya dan hanya menyusun sekitar 30 buah saja.


Lalu berlanjut kepada discard paper, seperti tagihan lsitrik, air, kartu garansi, voucher restoran, brosur, katalog, manual, dan lain-lain. 
When sorting papers, rule of thumb: discard everything.
Saya membuang semua kartu garansi saya (yang sebagian besarnya sudah expired) dan menyimpan manual untuk benda teretentu saja seperti kamera dan mesin kopi saya. Tadinya seluruh manual Ikea rapi tersimpan, namun setelah saya sadar, memang kapan saya akan merakit kembali benda-benda yang saya beli di Ikea yang sudah saya pasang tersebut? Rak pakaian yang saya gunakan pada setiap pameran NAMAZAHRA memang butuh untuk di bongkar, disimpan, lalu dipasang ulang dikemudian hari. Namun manual Ikea semuanya terdapat online dalam website mereka bukan?


Untuk dapur, countertop dapur saya sebelumnya sangat berantakan. Banyak benda tidak tau dimana 'rumahnya', sendok kecil, karet gelang, gunting, pembuka kaleng, lap dapur. Sekarang saya malah bisa display teh plus adding the dried lavender flowers buat bikin dapur tambah cantik. Jar-jar bekas selai yang saya kumpulkan, lalu box-box food storage yang didapat bonus dari beli groceries atau karena teman bawain suatu masakan, alat dan wadah makan-piring, gelas, mangkuk yang telah retak, botol gratisan dari acara kantor. Those things really don't sparks joy. Why I so bother to keep it? 
Saya bisa 3 hari gak cuci piring dulu (I know it's so ewww). Sekarang, tiap liat sink ada yang kotor bawaanya langsung pengen cuci piring.

Marie Kondo sangat piawai menyusun buku ini. Shows she really put her soul into her writing, into her book. Buku ini saya sampai baca 2 kali dan saya baca berulang-ulang di beberapa chapter yang saya suka saking saya betu-betul mau menguasai teknik yang tepat dalam beberes rumah. Karena dalam setiap halamannya selalu ada teori yang menarik, kalimat yang menarik, ilmu yang baru. Rasanya hampir semua kata-kata yang Marie tulis dalam buku ini bisa dikutip. Untung saya beli buku ini yang hard cover, karena berulang kali saya baca, saya lipat halamannya terutama di bab-bab yang sedang saya kerjakan proses tidying-nya, saya bawa ke kamar, kamar mandi, ruang tamu, dapur buat lihat guidelinenya sambil bebenah. Sampai sampulnya juga udah mulai bhosok saking saya sukanya sama buku ini dan saya bawa kemanamana. Buku yang saya bela-belain baca di dalam bus dan sambil berdiri di MRT.

I really recommend this book for everyone. As I said previously, bebenah rumah dianggap sesuatu yang gampang yang semua orang bisa. Perkara bikin rumah kelihatan rapi. Beda loh rapi and surrounded by things you love than rapi karena memang disusun agar kelihatan rapi tapi sebenarnya kita hanya merapikan yang berserakan di depan mata aja dan 'menyembunyikannya' untuk mengenyahkan dalam jangkauan penglihatan mata kita, so kita berasa 'rapi'. By put your house in order, by tidying, we do self dialogue, makanya Marie tidak menganjurkan beberes sambil dengerin musik atau TV, it will distract our dialogue with our possession. We communicate to ourselves through tidying, we touch the object, we ask, whether the object sparks joy or not, make us happy or not. Later you will discover what you are really into. She said salah satu kliennya seorang yang expert dan bekerja dalam bidang IT, ketike bebenah dan menyusun bukunya, segala buku tentang IT Ia buang dan hanya tersisa buku tentang social welfare khususnya anak-anak. At that time dia sadar lalu kemudian resign dari pekerjaannya dan membuat bisnis baru yang merupakan ketertarikannya dari dulu, ia membuka usaha child care. That's we called the magic of tidying up. Tidying helps us to discover ourselves. Helps us to see what's good, what's not too good in our life. What makes really happy, what is not. 

When my husband told me his intention to quit smoking, his reason simply "Karena biar gak gampang sakit." He is not saying "Because you are tidying up!" But if you want to think deeper by clausal principle, he might be smoked because he was stress at work, and when he comeback home he saw the cluttered house, the cluttered bed room, tumpukan laundry segunung yang 2 minggu belum dilipat at a place where he should feel most relax: home. Messy house, messy mind? So he got more stress and he smoked to ease the stress. By the time the house is tidy and decent to be seen,  the enjoyment of a relaxing atmosphere make him ignoring the temptation to get his cigarette. 

Kalau dalam banyak bahasan tentang bebenah dan menyusun rumah hanya melulu fokus tentang hubungan si pemilik benda dengan benda yang dimilikinya, buku The Life-Changing Magic of Tidying Up memasukkan unsur rumah, sebagai tempat kita bernaung yang erat korelasinya dalam bebenah. Tidying ought to be the act of restoring balance among people, their possesions, and the house they live in.  Marie Kondo setiap bebenah selalu pakai baju bagus, blazer dan dressnya. She said, especially when discarding we should make it as a farewell to our belongings, remember to say thank you to your belonging first before you discard everything, because they accompany you till this separation time, a special send-off for those things that will departing from the house, and therefore I dress accordingly. Semua nilai-nilai dan makna yang Marie jabarkan dalam buku ini tepat sebagai guideline untuk mengubah pola pikir kita akan proses bebenah rumah, melakukannya secara beurutan dan beberapa do and dont's yang Ia katakan seperti salah satunya Don't let your family see while you are tidying... 
(andai baca buku ini dari awal, saya gak perlu pasang urat ketika beberes barang di kamar saya, di rumah orang tua dahulu. Simply they will against you to discard it or keep it saying like this "Ini baju kan bisa buat saudara di kampung" padahal pulang kampungnya entah kapan dan orang kampung mana yang mau pakai rok-rok mini sama blazer buat ke kantor? Really, it will annoyingly delay the process!)


Buku yang juga hadir dalam terjemahan bahasa Indonesia, terbitan Bentang Pustaka, harga versi bahasa Indonesianya lebih murah gak sampai IDR 100.000 malah layak untuk segera dimiliki untuk bebenah sedini mungkin. Sbelum tumpukan barang jadi menggunung dan dibawa-bawa pindah rumah kesana kemari. Hmm dan tentunya sangat recommended for those who live nomaden, yang sebentar-bentar pindah kosan, pindah kontrakan, pindah tempat tinggal, beda kota, beda negara misal karena penugasan pekerjaan. Intinya buku inii sangat mengajarkan saya hidup decluttered, untuk hidup lebih minimalis, lebih sederhana terhadap benda-benda yang (akan) kita miliki.
Happy reading and let your tidying festive begin!

You Might Also Like

1 comments

  1. ganapati slot online terpercaya
    slot online terpercaya 2021. ganapati slot online terpercaya 2021. ganapati slot online youtube to mp3 terpercaya 2021. ganapati slot online terpercaya 2021. ganapati slot

    ReplyDelete