BANGKOK TRIP: FOOD, NIGHT LIFE, & SHOPPING, A FINALE (part 3)

Monday, September 05, 2016

Setelah kemarin keliling area wisata religi sepanjang siang maka third day is shopping day. Sebelum mulai belanja ada baiknya kita isi perut dulu. Perut yang lapar itu salah satu trigger untuk jadi lebih konsumtif dalam berbelanja lho. So atas rekomendasi Wulan, kami lunch di Sansab. Saya suka tempat ini, selain makanannya enak, saat itu saya pesen menu yang aman aja deh, tom yum, green chicken curry, ehm sama apa ya satu lagi beef apa gitu rasanya asam-asam pedas kalo gak salah, tempatnya bright banget.
Bagus untuk photo taking dan warna warni cerianya lucu. Oke banget buat lunch-lunch cantik. Seinget saya cuma sekitar IDR 300.000-an. Standard untuk makan berdua di restoran dalam mall kan, 3 main course dan 2 minum. Yang terkenal dari restoran ini adalah tom yum UFO, please try if you love to explore food, unique concept, modern, dan fusion sekali sih, karena tom yum pakai jagung manis, telur, dan keju?
Sansab Restaurant
Siam Paragon Shopping Center, 4th Floor
Rama 1 Road, Pathum Wan, Khet Pathum Wan
Bangkok, Thailand, 10330

Kalau kemarin capek muterin area Chao Praya, hari ini waktunya capek buat shopping. Habis kenyang makan di Sansab lalu mari belanja baju. Ihiyyyy... Semua juga pada tau kalau Bangkok pusatnya perempuan belanja baju. So datang ke Bangkok itu ya beneran surga buat yang suka banget belanja baju atau yang beli baju banyak untuk kemudia dijual lagi seperti para sis-sis online di Instagram. Pertama kali saya ke Bangkok saya gak sempat mampir ke Platinum Fashion Mall, mall yang kurang lebih seperti ITC ini bisa bikin overweight luggage para turis, saya denger banyak cerita termasuk dari teman saya sendiri yang selalu borong sampe berakhir beli bagasi lagi di airport karena udah overweight. Berdasarkan cerita dari pengalaman-pengalaman itu sayapun akhirnya cari airlines yang udah termasuk free baggage 20kg untuk pulangnya. Lumayan kan berdua jadi 40kg (gak ngerti sih mau ngapain ampe prepare 40k. Haha)
Saya (khususnya) dan suami sendiri belanja hmm bisa dibilang masih masuk akal. Pas packing pulang malah ternyata semua barang bawaan kami cukup dan masuk semua dalam cabin luggage. Padahal saya udah nyediain tas-tas lipat besar Ikea yang saya pula, just in case kami belanja baju dan printilan apapun yang banyak sepulang dari sana. Ternyata enggak kepake sama sekali tuh. 
Mall besar yang enggak ada bedanya menurut saya dengan ITC Ambassador, kecuali harga baju yang dijual lebih murah (karena toko d ITC juga pasti ngambilnya dari sini) dan modelnya lebih beragam dan up to date punya sistem jual beli wholesale. Dimana beli lebih banyak pasti lebih murah daripada beli 1 atau 2. Wulan, akhirnya menemukan bisnis dari sini dan akhirnya mendirikan online shop @bangkokshopwuwu di Instagram yang sukses banget. Bener memang, setiap toko di Platinum Fashion Mall ini menerapkan harga wholesale dan semua harganya sudah harga nett. For me (yang memang malas bargain) is impossible to bargain apalagi kalau sudah liat di tokonya ditempel harga misal 1=100 THB, 2=135 THB, yaudah jelas, don't waste your time buat nawar lagi, karena gak bakal dikasih. Kalau di ITC kita nawar penjualnya gak ngasih terus kita keluarin jurus nyelonong pergi dengan harapan pasti dipanggil lagi , di sini jangan harap ya, gak bakal kejadian. Penjualnya juga gak peduli, dan lebih pedihnya lagi kalau pas kita pergi eh di tengah jalan berubah pikiran terus mau balik lagi ke tokonya, lalu malah lupa letak tokonya dimana atau kalau tokonya ketemu ya udah habis dibeli sama orang lain (atau diborong sama sis-sis kayak Wulan ini hih). Sumpah saya lihat sendiri di mall ini, para sis-sis yang ngebrong duduk di lantai langsung dilabelin biar gak lupa. Thumbs up for them, seru banget ngeliatnya disela-sela semrawutnya isi dalam mall ini. Rameeee banget lohh, untungnya ber-AC.
So it is a MUST for you to visit Platinum Fashion Mall IF you:
1. Doyan belanja (atau koleksi) baju
Jelas gak usah ditanya, ini wajib hukumnya.
2. Have ukuran badan standard Asia
Remember! Semua baju yang dijual  di mall ini rata-rata adalah free size (all size), sekalinya ada size hanya size S-M-L Asia ya. Jadi forget this mall kalau kamu adalah: orang Asia dengan ukuran badan plus size, badan orang bule ? Bhaaaaay! Really, saya niat banget cari oleh-oleh untuk saya di Singapore, 1 orang bule, 1 orang melayu Singaporean yang plus size. Dan mencari baju oleh-oleh buat mereka memakan waktu yang lebih banyak daripada mencari baju untuk saya sendiri. Untungnya ada toko yang menjual legging (yang tentunya bisa stretch sampai ukuran M orang bule, loose blouse (ukurannya agak besar dari cutting baju-baju Bangkok pada umumnya), dan outerwear (yang udah pasti karena judulnya aja udah outerwer so dia loose cutting sekali). Sebenernya orang bule yang langsing itu bisa sih pakai dress-dress atau rok Bangkok, tapi sayangnya mereka kan tinggi-tinggi jadi kalau dress pasti jadi nya super-mini sekali. Hmmm pantes saya jarang banget liat bule kemarin di sini.
3. Enggak pakai jilbab
Model baju-baju yang dijual disini itu berkiblat dari fashion Korea. Kalau enggak body-fit, ya transparan, atau ya sangat terbuka sekali. Lupakan kalau cari 'baju sopan', panjang menutup lengan, celana panjang, atau kaftan. Nggak bakal ada! Ada yang sopan-sopan sih macam kaos, kemja, celana panjang, sweater lengan panjang, cuma yaaaa bisa dihitung pakai jari dan mencarinya effort tersendiri karena mall ini besar sekali. Cuman ya kalau sekalian sambil cuci mata ya bolehlah... Pakaian untuk yang berjilbab atau bukan kan pinter-pinternya mix and match aja.
4. Gak begitu peduli terhadap kualitas bahan pakaian, yang penting murah
Hmmm, do not expect bajunya bakal awet. Kemarin saya beli beberapa baju yang end up nya adalah berbahan panas, shrinking (mengecil) ketika di cuci di mesin cuci, luntur, benang-benang jahitan yang keluar, bolong, brudul dalam waktu kurang dari 3x cuci saja. Haha. Cuma bisa narik napas sambil  ngomong, ya kan cuma THB 250 Nda, what do you expect, lalu saya dan suami ngikik sendiri. This is not Mango or Zara. Ini sayanya aja kayaknya yang lagi apes, untung-untungan sih, tapi saya juga menemukan beberapa pakaian yang memang enak dan nyaman sekali saya pakai hingga saat ini. Tapi ya itu dia, you never know till you wear it, right?
5. Think it is really matter to go to the fitting room before buying clothes
Hampir (ada juga beberapa yang menyediakan fitting room) semua toko di sini enggak punya fitting room, so kalau mau beli ya 'dikira-kira aja'.  Saya membeli salah satu dress yang setelah saya sampai rumah agak menyesal karena ternyata pendek sekali dan saya harus pakai bawahan lagi. Ya habis gimana, kan gak bisa dicoba. Yes beberapa toko tidak mengizinkan mencoba pakaian mereka walau di double juga.
Tip: Pakai celana pendek berbahan tipis dan nyaman, tanktop, sendal pas pergi ke mall ini. Jadi gampang kalau mau cobain t-shirt, blouse, celana, dress, any model of clothing mostly bisa inggal di double aja dan tidak menganggu penampilan baju model apapun yang dipakai.   Fuss free. Gak ribet buka pakai celana baju dan sepatu ditengah hiruk pikuk dan sempitnya kios-kios pakaian di sini.
6. Prefer fashion look than classic look
I mean, ada kan beberapa model baju yang tidak lekang oleh zaman. Jadi modelnya classic, gak neko-neko, warnanya juga sederhana. Ada kok pakaian seperti itu disini cuma ya pinter-pinter pilih aja. Karena pakaian yang di jual di mall ini kebanyakan model masa kini ('kekinian' sekali). Misal dress dengan fringe, blouse dengan bow yag super gwede banget dipinggang. Well kelihatan lucu (saat ini) tapi mungkin tidak untuk 1-2 tahun ke depan. Yang mengikuti perkembangan fashion baju-baju Bangkok pasti paham betul yang saya omongin ini.
7. Don't care pakai baju yang sama dengan yang orang-orang lain pakai
Karena jenisnya aja wholesale alias grosiran, jadi gak usah kaget kalo ternyata misalnya kemeja yang kita pakai dipakai orang lain juga. Baju grosiran khususnya pasti di produksi masl dalam jumlah besar-besaran. Antara toko yang satu dan yang lain aja bisa jadi sama loh produk pakaian yang dijualnya.
8. Gampang bosan dengan baju yang dimiliki dan selalu suka berganti-ganti model baju
Worth it banget, karena baju yang dijual juga harganya murah dan terjangkan dari yang THB 100 aja ada, so kalo gampang bosen dan paling cuma 3-5 kali pakai terus gak mau pakai lagi ya belanjau buat menuhin stock baju di rumah, oke banget datang kesini.
Tip: Kalo niatnya emang belanja tiada henti nginep di Novotel Bangkok Platinum enak banget, nempel langsung sama mallnya.
Platinum Fashion Mall
222 Petchburi Road, Ratchathewi

Malam terakhir di Bangkok ini saya dan Seto bela-belain walau capek seharian muterin mall untuk coba untuk ngelirik tempat hiburan malamnya alias red district yang kalo kata suami saya sih sebenernya gak jauh beda dari yang ada di Kota, Jakarta, cuma yang ini ya emang lebih liar aja. Lalu ada aksi-aksi pertunjukan seperti ping pong show yang paling populer (Google sendiri ya aksi-aksi pertunjukannya). So dengan penuh gembolan tas belanjaan kami naik BTS menuju Patpong Night Market, sekalian belanja oleh-oleh dan printilan macam magnet dan baju gajah khas oleh-oleh Thailand buat keponakan-keponakan. Dikelilingi bar-bar yang mengadakan show-show semacam itu, hati-hati di porotin aja pokoknya kalau terjebak masuk kesitu. Kami sendiri cuma iseng aja dan ogah masuk, jadi ya numpang lewat aja dari luar, sambil liat-liat perempuan pakai bra dan panties aja. Harus jeli dan tanya-tanya orang ya untuk kesini karena letaknya cuma di gang-gang aja dan gak jelas petunjuknya mesti kemana. Tapi orang-orang sekitar biasanya udah pasti tau kok.
Patpong Night Market
Phat Pong 2 Alley, Suriya Wong, Bang Rak, Bangkok 10500
BTS: Sala Daeng
Patpong kurang pemandangannya, mbak-mbaknya ngumpet di dalam bar, haha. Jadi kami penasaran untuk lihat berkunjung ke Soi Cowboy, dimana banyak mbak-mbak berjajar di bar pinggir jalan nyaris telanjang. Lagi-lagi namanya tempat begini gak ada petunjuk arah yang jelas, terletak di antara gang-gang jadi memang harus jeli dan gak mau bertanya ya.
Tip: Selalu berhati-hati dan baca review ke tempat ini, buat yang penasaran apalagi melihat aksi demikian biasanya dikenakan tarif yang diawal di bilang 'free' gak taunya bayar sampai didalam dan gak sadar bill yang tertagih bisa ribuan THB. Banyak scam.
Soi Cowboy
Soi Cowboy, Khlong Toei Nuae, Bangkok
BTS: Asok (walk 2 minutes, near to Terminai 21 shopping mall)

Berbicara tentang Bangkok, gak akan ada habisnya jika yang dibahas adalah makanan. Yes Bangkok juga dikenal sebagai surga makanan. Dari street food hingga makanan restoran. Street food yang paling banyak dijual adalah gorengan. Disetiap  sudut kota yang saya datangin pasti ada aja tukang gorengan. Gorengan yang dijual gak tanggung-tanggung. Ukurannya besar.  Dari sosis, udang, pangsit, sampai dada dan sayap ayam hingga ikan lele utuh juga ada, haha. 
You will love Bangkok even more because the food IF you:
1. Can eat non-halal food (especially for those yang strict cuma bisa maakan di restoran halal certified)
Makan di Bangkok itu tricky, saya bosan cuma bisa jajan gorengan aja selama 4 hari 3 malam di sini, tapi saya juga enggak terlalu berani makan segala sajian yang dijual di pinggiran jalan yang saya gak bisa bacanya. Bener deh, komunikasi terhambat banget kalau untuk urusan jajan di pinggiran jalan. Sang abang-abang penjual boro-boro bisa ngomong bahasa Inggris. Jadi mana saya bisa tau apaan yang dia jual. Dan kebanyakan juga street food di pinggir jalan itu tidak mencantumkan aksara latinnya. Jadi ya cuma huruf Thailand-nya itu. Walau saya udah Google kesana-kemari mana aja yang bisa saya makan, mana yang enggak. Mana yang pake babi mana yang enggak. Tapi pas giliran sampai di gerobak street food saya kesulitan untuk bertanya dan mengidentifikasi jenis makanan  yang ada itu. Hiks.  Gorengan aja kalo gak nanya pake bahasa tarzan "is this pork?" pasti bakal salah ambil, semacam sosis atau nugget yang dijual itu ya mengandung pork.
Yang paling common jajan street food selain gorengannya adalah som tam-nya lalu ada juga pad thai (semacam kwetiau goreng) dan yang paling terkenal si sticky rice mango. 
2. Tidak punya problem perut ataupun alergi
Tidak semua perut manusia tahan terhadap kuman-kuman dan debu. Ada yang gampang banget sakit perut sampe keracunan atau alergi. Dan datang ke Bangkok tapi cuma berani makan di restoran tanpa makan di pinggiran jalan menurut saya itu sayang sekali. It is so fun loh bisa makan langsung di pinggir jalan. Pengalaman unik tersendiri dan seru aja bisa cobain makanan lokal.
Tip: Semua jenis street food yang saya sebut itu juga banyak dijual di food court atau restoran yang pastiya lebih higienis. Kalau punya masalah stomach upset, disarankan berhati-hati (atau mungkin tidak sama sekali) untuk nyobain makanan pinggiran jalan ini ya. Gakpapa harganya mahalan sedikit beberan THB yang penting kebersihannya terjaga.
Di pinggir jalan banya di jual jus mangga botolan. Warnannya kuning menggoda cuma  dikemas di botol plastik transparan seukuran botol air mineral. Sedap bener untuk diminum kalau habis jalan seharian di Bangkok yang puanas banget. So? BELI !!! I guarantee, ini enak bangeeeeet. Segar. Duh emang mangga Thailand itu segar ya, rasanya beda
3. You are not a huge fan for Indonesian food
Trying Thai food bring another color and harmony for your taste. Saya pribadi suka makanan Thai, terutam tom yum-nya. Ciri khas makanan disini kebanyakan adalah sour! Jadi segar-segar gimana gitu. Banyak teman saya yang suka banget  kalo ke Bangkok karena bisa beli makanan yang rasanya totally different sama makanan sehari-hari di Indonesia.  So maybe trying Thai food can meet your expectation about what delicious food looks like. But for me and my husband especially. Makanan di Bangkok is nothing compared to Indonesia food. Just simply because Indonesian food have more choices. Bayangin aja untuk sarapan kita bisa pilih dari mulai nasi uduk, lontong sayur, ketoprak, gado-gado, sampai bubur ayam. Untuk makan siang kita bisa makan soto ayam, nasi padang, gudeg, sampai sayur asam plus sambal teri kacang. Nah makan malam bisa pilih ikan cakalang bakar, rawon, tongseng, sampai pecel lele. Untuk dessert ada es campur, es kelapa muda, es kacang merah, es pisang ijo, 
Rasa yang disajikan makanan Indonesia itu jauuuuuuhh lebih kaya daripada makanan dari negara apappun. Dalam satu kesempatan, misal makan siang, pilihan rasa yang ditawarkan makanan Indonesia bisa banyak dari yang bersantan dan pedas, asam, yang panas dan segar, aduh please gak tertandingi. Dan konsep makanan Indonesia disajikan itu berbeda satu sama lainnya. Ada yang direbus, digoreng, dikukus, dipepes, dibakar. So when Seto was experiencing makanan Thai di kunjungan pertama dia ke bangkok dia cuma bisa "enak, cuma ya biasa aja, gak kaya, kurang pilihan, stylenya mirip-mirip semua, makanan Indonesia tetep gak ada yang ngalahin ya..." Hahaha, untuk itu saya setuju berat, kasihan harapan dia seperti yang saya sebut pada post bagian 1, kandas sudah.

Hari terakhir kami sarapan di Rocket Coffeebar, suasana cafe yang cozy dan kopi yang enak recommended untuk brunch atau sekedar ngopi sore. For their locations can check in this

Karena habis nyobain Thai massage yang rasanya magic banget, saya dan Seto ketagihan jadi benar-benar menjadwalkan hari treakhir sebelum ke bandara kami HARUS banget Thai massage lagi. Kata Wulan dan Ichol, Thai massage itu dimanapun akan sama aja rasanya. Karena ya semua yang pijet kita pasti dari perguruan yang sama. Hehe. Wulan merekomendasikan Center Point Massage untuk Thai massage yang enak di Bangkok, yaaa mungkin kalo kelasnya di Jakarta macam Taman sari by Mustika Ratu gitu atau Dian Kenanga. Dan emang bener loh, pijat di ruko pinggir jalan asal aja (karena bodohnya saya enggak booking dulu ke Center Point  jadi gak bisa, so pilih massage sembarang aja yang ada di ruko pinggir jalan seberang Center Point) ternyata rasanya sama dengan yang di Wat Pho waktu itu. Cabang Center Point bisa dicek disini.

Sayang waktu itu suami saya gak kebagian jatah cuti weekend. So gak bisa pergi ke Chatuchak Weekend Market, padahal justru ke pasar yang cuma buka di weekend alias Sabtu dan Minggu ini yang seru. Pasar yang luas banget dengan segala macam ada yang dijual mulai dari printilan, baju-baju, sampe binatang peliharaan ada disini seperti hamster, kelinci, kucing, anjing. Dan oh! The best tom yum yang saya makan selama hidup saya justru disini, harganya mahal tapi worth it sekitar IDR 90.000 tapi alamaaaaak enaknyaaaa dan udangnya besar banget. Pasar outdoor ini panas tapi seru untuk dijelajahi yang gila makanan dan minuman aneh-aneh bisa jajan disini sepuasnya. Hihi. Hmmm sama Chocolate Village Bangkok, aduh kenapa ya waktu itu kayanya udah hectic sendiri jadi nggak kepikiran mau kesini. Doh! Ini adalah theme restaurant. Jadi setiap sudutnya selalu bagus untuk dijadikan photospot. Dan jajan gorengan serangga, OMG 2x datang ke Bangkok tapi gak pernah berhasil untuk menemukan  fried insects

Catatan akhir: 
1. Menurut saya Thai Tea itu ENAK BANGET. Jadi dimanapun saya makan, saya selalu pesan minuman jenis ini. Saking sukanya saya dengan Thai tea, saya bela-belain last minute sebelum boarding lari ke souvenir shop di bandara Don Mueng buat beli Thai tea powder Number One Brand (kemasannya warna putih orange dengan gambar jempol). Tinggal campur susu kental manis dan evaporated milk jadi deh. Ukuran 400 gram kalo gak salah saya beli sekitar THB 280an yang saya yakin kalau belinya di tempat lain yang bukan di bandara pastinya lebih murah jauh.
2. Street food di pinggiran jalan itu juga enggak semuanya enak, ada yang biasa aja sampai yanggak enak sama sekali. Jadi lihat-lihat kalau mau beli bisa dibilang untung-untungan. Well kalau antriannya panjang biasanya sih pasti enak. Buat saya dan Seto pribadi beberapa jenis makanan seperti sticky rice mango, som tam, green chicken curry, tom yum itu bisa didapatkan di restoran yang saya singgahi dalam cerita saya ini dengan harga sedikit lebih mahal dari yang dijual di pinggiran jalan namun dengan rasa yang dijamin enak dan kualitas kebersihan yang terjamin. So kalau kami gak ngoyo buat makan pad thai di warung kaki lima demi merasakan 'eat like a local'. Wong rasanya yaaaa pasti mirip-mirip lah. So enggak usah mempertaruhkan perut kecuali jika sudah dapat rekomendasi dari orang lokal atau orang yang lama tinggal di Bangkok.
3. Bangkok cukup friendly untuk urusan transportasi umum. Semua area di Bangkok terintegrasi dengan baik dengan BTS ada pula MRT (yang saya enggak pernah naikin). Namun tidak jarang tujuan yang kita mau tempuh mengharuskan berjalan kaki lagi. Bagi saya, Bangkok tak ada bedanya dengan Jakarta. Tidak lebih rindang ataupun lebih bersih dan tertata. Kesan yang saya dapat kalau berjalan siang hari sambil panas-panasan ya sumpek semrawut bikin bad mood kalau sampe harus kesasar, buta arah, salah baca peta, gak ada yang bisa jawab pakai bahasa Inggris jika ditanya arah Jalan, atau sekalinya ada yang bisa jawab tapi pas kita ikutin directionnya jadi bingung sendiri karena soi (gang) yang ada kebanyakan tanpa papan petunjuk yang jelas, atau ya malah ditulis dengan aksara Thailand. Lalu bagaimana turis bisa mengerti? Perjalanan saya yang kedua kalinya di Bangkok dan hasil mengobrol dengan Wulan cukup membuat saya mengerti bahwa tidak selamanya naik BTS itu indah, jadi jangan ragu untuk order UBER, dihari-hari terakhir kami di Bangkok beberapa kali saya memesan Uber untuk pergi ke tempat-tempat uyang kami gak yakin jika walking distance akan gampang. And it helps. A lot! Dan murah serta gak bakal nyasar pastinya. Untuk yang pergi traveling 3-4 atau membawa bayi pakai stroller orang Uber is a hero. Karena bisa menghemat biaya perjalanan dibagi 3-4 orang lumayan banget. CAMKAN, bahwa tidak semua stasiun BTS menyediakan lift (elevator). Escalator ada di setiap station namun aksesnya tidak senyaman MRT di Singapore. Please jangan di bandingkan. Saya dan Seto harus gotong koper (untungnya cabin size)  lewat tangga waktu kami tiba di BTS terdekat dengan hotel kami yaitu Surasak. 2 bule yang juga baru tiba bawa medium luggage sampe planga-plongo kebingungan bolak balik cari escalator atau lift yang tersedia dan akhirnya mereka end up dengan menggotongnya juga saudara-saudara. So no wonder kan kalau enggak pernah liat perempuan Thai yang gemuk atau plus size, karena secara infrastruktur kayaknya juga tidak didukung untuk menjadi demikian, haha. Harus banyak jalan dan naik turun tangga itu kunci survive hidup di Bangkok.
Cuma kalau untuk tempat-tempat yang sudah jelas staisun BTSnya seperti cuma mau mall hoping atau ke Asiatique silahkan naik BTS, it is good for experiencing living like a local.
4. Shrine atau kuil di Bangkok, Thailand sama halnya dengan sanggah di Bali. Di setiap sudut ada. Terutama di depan bangunan-bangunan atau gedung-gedung besar seperti kantor, mall atau hotel. Plus ditambah dupa yang dibakar. Persis kayak di Bali, bedanya mereka gak ada canang aja. Tapi bunga-bunga buat 'sajen'nya itu tetep ada. Slow down and see what local does setiap kali mereka melewati shrine, terutama shrine yang agak besar. They will slow down their walk a bit and or even stop and pray in front. It's just nice thing to observe. Try to take a look Erawan Shrine yang berada dekat Platinum Mall tepatnya di depan mall Centra World. City temple yang kerap ramai dikunjungi wisatawan ini menampilkan 4 wajah Dewa Brahma dalam 1 tubuh yang menarik untuk dijadikan objek wisata sekaligus tempat untuk berdoa bagi para penganut agama Buddha.

5. Kendala komunikasi yang tidak begitu mudah terhadap orang lokal membuat saya harus mengandalkan Google Maps kemana-mana. Yes, terkadang walau orang bilang "tempat X dekat dengan exit BTS kok", biar lebih aman, langsung  nyalakan GPS dan ikuti petunjuk arah. Tidak semua penduduk lokal fasih dan clear dalam berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Sampai front desk atau concierge hotel saja nyaris beraksen berbeda ketika berbicarawalau dalam bahasa Inggris yang membuat saya kesulitan untuk mengerti. So internet should be ON antytime , anywhere for the sake of Google Maps!
6. 2 kali ke Bnagkok membuat saya belajar bahwa untuk survive jalan-jalan di Bangkok kita harus pakai (atau bawa):
-sunscreen wajah dan body lotion yang ber-SPF: oh never leave without these!
-sunglasses: panas, silau banget soalnya
-topi lebar: sekalian biar foto OOTDnya bisa kece
-payung: double protection is always better
-baju nyaman: yang nyerep keringet dan bebas bergerak itu paling penting
-alas kaki nyaman: gak usah sok pake high heels! sendal juga jangan yang abal-abal, ntar putus haha. Buang jauh-jauh sepatu sendal atau flat shoes yang terlihat nyaman tapi pada akhirnya akan bikin lecet dan pegel)
-powebank: handphone harus on terus demi Google maps dan browsing info-info yang dibutuhkan seputar itinerary
-baterai kamera cadangan: penting buat yang suka foto-foto kayak saya. So kalau pulang hotel udah kemaleman belum sempet charge (atau udah charge tapi belum full). Bisa pakai cadangannya dan siap buat berburu foto lagi.
-inget untuk MINUM: keep your body hydrated. Jalan-jalan di Bangkok 4 hari aja itu berasa exercise. 2 hari terakhir saya sempet migrain karena kurang minum ditengah panas kota Bangkok yang menyengat di atas kepala.

Sekian sharing saya tentang liburan saya dan Seto. Semoga berguna untuk yang mau traveling ke Bangkok. Special thanks untuk Wulan dan Ichol yang bersedia direpotin ditanyain diwhatsapp-in itinerary kesini kesitu di tengah malam atau pagi buta, terima kasih banyak ya.
And thank you for reading :)

You Might Also Like

0 comments