NOTHING WORTH HAVING COMES EASY
Sunday, September 13, 2015
Sebagian orang bertanya-tanya kenapa kok susah sekali menguruskan badan, sementara liat temannya kok makan banyak aja tapi gak pernah gemuk.
Sebagian orang bertanya-tanya kok susah sekali masuk universitas favorit / perusahaan favorit / keterima PNS, padahal itu temennya cuma asal ikut aja tapi kok malah lolos.
Sebagian orang bertanya-tanya kenapa kok hingga saat ini masih aja sendiri, gak punya pacar, padahal teman-teman disekelilingnya sudah menikah semua.
Sebagian orang bertanya-tanya kenapa kok hubungan pernikahannya belum dikarunia buah hati, sementara teman disekelilingnya ada yang malah sudah beranak dua atau (si istri) sedang hamil anak ketiga.
Sebagian orang bertanya-tanya kok anaknya rewel terus kalo ditinggal dan jejeritan diletakkan di stroller, bayinya si X anteng luar biasa dan sangat friendly.
Lalu sebagian orang ini bertanya-tanya "Kenapa kok saya tidak seperti itu, kok saya gak bisa dapet kemudahan seperti mereka? Kenapa?"
Tau yang namanya 'faktor luck'? Keberuntungan...
Nah I believe in that, sebagian orang-orang sangat disayangi Tuhan, sehingga mungkin tanpa mereka meminta, Tuhan dengan senang hati memberikannya begitu saja. Jadilah kita seakan mengannggap mereka 'orang-orang yang hoki, orang-orang yang beruntung'.
And yes! They are. They are just lucky.
Sederhananya sebagian manusia memang harus put 'extra effort' untuk dapat apa yang mereka inginkan.
Ada sih yang udah sama jungkir baliknya, ngerasa semua juga udah dilakukan, tapi tak kunjung dapat apa yang mereka inginkan. Yaudah, chill. Like I said at the beginning. We are not them. They are just LUCKY. End of story!
Nah mari kita kesampingkan dulu si faktor luck tersebut dan fokus pada point 'extra effort'nya.
Manusia itu, termasuk saya cenderung melihat pada apa yang keliatan di depan mata aja kan. Tanpa tau 'behind the scene'nya. Dalam hal ini sebagian orang yang bertanya-tanya itu kerap kali cuma liat yang 'kelihatan'. For instance, ya cuma melihat: kok mudah ya, kok saya sulit, enak banget ya jadi dia. Ya gitu aja terus menerus. Kadang sampai lupa saking asiknya cuma memperhatikan kebahagiaan dan kemudahan dan berkahnya orang lain jadi lupa sama berkah yang sudah didapat untuk diri sendiri dan lupa juga untuk melakukan extra effortnya.
Jadi yang ada meratap aja, membandingkan diri sendiri dengan orang lain terus-terusan.
"The grass is greener on the other side". But green comes in many shades, to accommodate each of our likings and suitability. So be comfortable with our choice of shade, as dark green is not always better than lime green. -Diana Rikasari
Terus malah do nothing, karena konsep pemikirannya udah jadi: ah yasudahlah saya memang gak seberuntung dia. Ah yasudahlah dinikmati aja, gak usah terlalau dikejar-kejar.
Biar gemuk yang penting happy...
Yaudah gak bisa masuk kampus negeri, kan ada kampus swasta ini...
Biarkanlah, yang namanya jodoh gak kemana...
Udah dinikmati aja jangan terlalu diatur makan ini itu biar hamil, semakin dipikirin semakin gak jadi...
Yah emang bayi saya manja gakbisa lepas dari saya, gak kayak bayi kamu...
Salah gak punya pemikiran kayak gitu?
Enggak kok.
Itu namanya chill... Relax... Sadar bahwa seringkali kita gak seberuntung orang-orang lain tersebut. Gak pusing melihat yang diinginkan belum bisa terwujud, jadi dinikmati aja baik air mengalir. Bagus malah, less stress. Problem solved, isn't it?
Cuma, kalau dalam prosesnya mungkin masih suka bertanya juga atau bahkan mungkin mengeluh dan muncul pemikiran "kenapa sih saya gak bisa kayak dia", nahhhh tandanya kita belum sepenuhnya bisa 'nrimo" keadaan. Masih ada yang kita mau raih tapi belum kesampaian.
Terus kalau udah demikian itu tandanya kita butuh extra effort itu tadi. Do something more!
Sadar bahwa kita gak segampang itu mendapatkan apa yang kita inginkan, then do something. Anything that can show your eager to reach it. To prove it bahwa kita juga pantas mendapatkannya.
Toh kalau cuma terima-terima dan santai-santai aja tapi gak melakukan apa-apa padahal didalam hati masih suka ngarep juga terus dimana Tuhan bisa melihat kalau kita sebagai hambanya meminta sesuatu itu berikhtiar dengan sungguh-sungguh.
Ikhtiar, berusaha. Berusaha alangkah baiknya jika total, gak setengah-setengah.
Jad sebagian orang ya emang ada yang harus jungkir balik sana-sini dulu, usaha mati-matian dulu, mengorbankan ini-itu dulu baru deh mendapatkan apa yang mereka cita-citakan. Kenapa? Well...
Menurut saya ya karena sebagai manusia itu tadi, kita ini tidak semuanya sama. Masing-masing manusia punya jalan hidup dan takdirnya sendiri-sendiri. Terkadang ya Tuhan cuma mau liat usaha-effort lebih apa yang kita lakukan atas apa yang kita minta. Mau melihat seberapa gigihnya kita dalam meraih apa yang kita inginkan. Or just simple because di mata Tuhan kita dianggap belum pantas atau belum waktunya menerima itu semua. Jadi Tuhan mau melatih kita, melihat apakah kita benar-benar paham atas apa yang kita minta dan mau memantaskan diri dengan melakukan segala usaha untuk mendapatkannya.
Ngerasa susah kurus, tapi makan porsinya gak dijaga, olahraganya gak rutin, minumnya soft drink. Tanpa sadar kalau temennya yang makannya banyak itu mungkin karena dia juga 'lucky' secara genetik dia gak mudah gemuk tapi dia juga makannya nasi merah, yoganya seminggu 3x, freelaticsnya tiap hari, minumnya teh hijau.
Ngerasa susah masuk universitas favorit. Mungkin gak tau bahwa yang keterima ternyata lebih gila belajarnya. So simply it's just because we are not that good. Masih banyak yang lebih pantas dan lebih bagus daripada kita. Nah yang gak belajar aja keterima? Ya okelah just say they are lucky!
Suka ngerasa sedih malam mingguan sendirian, tapi pas ada temen atau orang tua ngajak pergi untuk dikenalin sama temen atau anak relasi suka ogah, nolak nganggep that is so shame, "gak perlu lah dijodoh-jodohin kesannya kayak gw gakbisa nyari sendiri aja" (loh?)
Belum hamil, ya makananya sudah dijaga belum, pilih yang bernutrisi, gak merokok, gak alkohol, tabungan finansial sudah memadai?
Bayinya gak seanteng bayinya X, ya mungkin karena bayimu mostly bukan dipegang sama orang tuanya, bukan sama ibunya. Karena kedua orang tuanya bekerja. X rela resign dari pekerjaan untuk fokus mengurusi bayinya. Wajar mungkin lebih anteng karena bonding, trust, dan the way she treat her baby is different as yours.
Balik lagi, terlepas dari faktor behind the scene yang kita gak tau dan gak sadari ini. Gak jarang memang banyak orang yang menerima segala macam berkah dengan sungguh amat sangat mudahnya. Kalau saya daripada musingin 'kenapa ' terus ya saya berpikir aja mungkin karena mereka sering melakukan kebaikan-kebaikan yang tanpa sadar ibarat tabungan, jadi pas tabungannya sudah penuh diberikanlah oleh Tuhan hal-hal yang indah-indah tersebut padahal mereka gak pernah minta.
Loh jadi tabungan kita (golongan yang belum dapat apa yang kita inginkan) kebaikannya kurang banyak? Ya bisa jadi. Tapi bisa juga enggak, kadang kan jadi manusia suka lupa fokus sama apa yang diminta, sama apa yang belum didapat tanpa sadar bahwa Tuhan itu selalu baik, selalu pernah memberi yang bahkan hambanya saja gak pernah untuk memintanya. So kadang, kita hanya belum sadar atas apa yang kita miliki. KaruniaNya. Coba aja inget-inget lagi apa berkah yang kita punya yang orang lain gak punya.
Yang terjadi dalam kehidupan kita itu kan rahasia Tuhan, mungkin juga Tuhan lagi menguji hambanya dengan memberikan kebahagian, kemudahan, rezeki dan berkah yang mengalir dengan derasnya. Mau melihat seberapa kuat mereka untuk tidak lupa diri walaupun telah digelimangi berbagai macam keberuntungan. Mau melihat seberapa takwa hambanya untuk selalu kembali kepadaNya, kembali meminta tiada henti dengan ataupun tanpa sesuatu yang telah atau belum dimilikinya.
Bagi saya, kesimpulannya, nikmati hidup, jangan juga terlalu ngoyo, tapi bukan berarti juga gak berikhtiar. Nah ikhitiar kalau tidak dibarengi doa dan ibadah itu juga kurang komplit. Kayak yang saya bilang tadi kalau ikhtiar alangkah lebih baik dikerjakan total.
Diet udah kok biar kurus! Olahraganya juga udah belum?
Belajar udah bimbel ambil guru privat malah! Tahajud udah pernah? Ke gereja?
Udah resign dari kerjaan kok ngasuh pake tangan sendiri, tetep rewel! Pas bayinya rewel, kamu sebagai ibunya ikutan panik drama juga tapi? (belum pernah punya bayi sih, tapi pengakauan dari seorang teman yang juga seorang ibu salah satu tips dia kalau bayinya yang nangis jejeritan rewel yang pertama kali dia lakukan adalah tarik nafas panjang, calming her self down first, lalu baru bicara sambil gendong bayinya "nak kenapa? mau apa? tenang ya, kan ada ibu disini temenin terus." Sambil senyum ke bayinya. She said "it is more than just work, bayi bisa merasakan batin ibunya, kalau ibunya juga panik ya bayinya juga susah tenang"
Ya jadi bagi saya ikhtiar itu harus total. Dikerjakan semuanya yang mampu kita kerjakan, didukung juga sama pendekatan spiritual. Ketika semua sudah dilakukan kan cuma satu ujungnya balik lagi ke Tuhan, minta ridho dan izinnya agar ditunjukkan jalan untuk mencapai yang diinginkan.
Setelah semunya sudah tapi masih merasa sama aja gak berubah? Jangan menyerah, karena selalu percaya Tuhan itu selalu punya rencana yang lebih indah daripada yang kita rencanakan. Selalu ada pelajaran. Selalu ada hikmah yang bisa dipetik. Yang akan baru kita sadari mungkin tidak sekarang. Namun nanti setelah semuanya kejadian baru deh jawaban-jawabannya muncul sendiri.
Sometimes is good not to know all the answers.
Saat sudah mencapai titik ini barulah sikap 'chill and relax' seperti yang saya katakan diatas tadi dibutuhkan. Jadi kita juga sadar diri. Sadar telah melakukan yang terbaik yang kita bisa, intinya pasrah kembalikan ke Tuhan. We do the best, God to the rest. Jadi kita juga gak ngoyo, gak tertekan, less stress, let it flow... Hidup dinikmatin aja. Tapi kita sadar kita telah mengerahkan segala usaha.
Now? What you've done?
0 comments