BANGKOK TRIP: An Intro, Som Tam Nua, & Asiatique (part 1)

Sunday, August 28, 2016

April lalu, saya dan Seto holiday ke Bangkok, Thailand. Ini kali kedua bagi saya menginjakkan kaki di negeri gajah putih ini, setelah yang pertama yakni di tahun 2013. Seto antusias sekali karena belum pernah ke Bangkok dan ngebayangin apa yang semua orang bilang di Bangkok terutama mengenai kulinernya, yes suami saya doyan banget makan dan nyobain segala sesuatu tentang F&B apalagi jika singgah di suatu kota atau negara tertentu.
Sesampainya kami di Suvarnabhumi Airport, hal pertama yang saya lakukan adalah mencari counter simcard. Mengingat di Bangkok ini gak kaya di Singapore yang hampir semua orang termasuk driver taxi saja contoh sederhananya bisa berbahasa Inggris, jadi demi mengantisipasi miscommunication karena gak tau jalan, buta arah, nyasar, gak bisa nanya sama penduduk lokal, atau lebih parahnya misal terpisah di jalan. Oh NO! Well, sebenarnya penduduk Bangkok bisa berbahasa Inggris tapi jarang yang bisa 'sangat jelas' di telinga. Dan karena ini perjalanan kedua saya ke Bangkok, jadi kayanya suami saya udah nyantai aja menganggap saya 'paling udah tau jalan'. Please, itu kan 3 tahun lalu, tapi benar sih semua itinerary dan mau kemana-mananya selama 4 hari 3 malam di Bangkok itu ya saya yang menyiapkan. Dia sih tinggal ikut aja. Terus saya yang sibuk buka google cari info tempat makan atau google maps buat cari arah jalan. Lumayan berat bebannya dan dibutuhkan koneksi internet yang cepat. Syukurlah di Bangkok gak ada masalah sama sekali dengan sinyal. Sinyalnya  4G kencang dan cepat sekali. Saya beli tourist sim card dari provider truemove, saya beli paket 7 days stay THB 299. 

Okay biar gampang kalkulasinya
1 THB = IDR 400

Jadi hanya dengan kurang lebih IDR 120.000 saya sudah dapat unlimited kuota internet selama 7 hari, akses wifi pada public place yang bekerja sama dan credit untuk sms dan telepon baik lokal ataupun internasional.

Yang kedua kami lakukan adalah mencari ticket counter untuk kartu BTS (Bangkok mass Transit System) atau Skytrain. Karena disini yang kalau mau dari stasiun BTS satu ke stasiun BTS lainnya jika tidak menggunakan kartu semacam karu EZlink di Singapore, maka kami harus menyediakan koin receh untuk kemudian ditukarkan pada mesin. Mesin koin ini akan mengeluarkan koin plastik yang harus di tap dan dimasukkan kembali pada gate BTS yang ada. 


Malas rempong, dan antri beli koin segala setiap mau kemana-mana, akhirnya kartu Rabbit seharga THB 80, ini baru kartunya saja, minimum topup kartu adalah THB 100.
Sampai di Bangkok pas jam makan siang, bukan menaruh luggage di hotel dulu, kami meluncur ke Som Tam Nua, Siam Centre (selain di Siam Square, di beberapa cabang lain juga ada). Pas saya masuk, banyak sekali orang lokal yang makan didalamnya. Tandanya pasti enak. Baca reviewnya juga orang suka banyak yang antri sampai keluar untuk makan di sini. Saya tau pun karena teman saya yang sudah tinggal lama di Bangkok, Wulan merekomendasikan restoran ini. Pas bayar amazed, bahwa untuk ukuran makan siang berdua di restoran dalam mall harganya masuk akal sekali cuma kira-kira IDR 120.000 kalu saya enggak salah. Gak heran saya melihat banyak anak-anak sekolah SMA udah bisa lunch disini. Pantas jadi favorit. Waktu itu saya coba ikan goreng dan som tam-nya (papaya salad) pastinya. Dan enak!!! Yang wajib dicoba di Thai resto ini sebenarnya adalah ayam gorengnya kata teman-teman saya, sayang waktu itu belum tau. Wulan bilang "Pamali pokoknya ke kesitu gak cobain ayam gorengnya ya!" Tapi memang nampaknya semua menu yang ditawarkan enak semua, yang saya pesan si ikan goreng bumbu apalah itu aja enak dan harganya terjangkau. 
Nothing wow inside the restaurant, cuma jajaran meja dan kursi bertemakan industrial. 
But their food is definitely a must try. Daripada nyobain som tam pinggir jalan yang kalo perutnya gak kuat dan gak-agak kotor dan debuan dikit malah jadi sakit perut, mending makan di restoran macam ini (yes hati-hati ya makan som tam, ini perpaduan antara rujak dan asinan, temen saya suka banget sama som tam, beli som tam terus di pinggir jalan pula, sehari bisa 3x end upnya sakit perut, yaiyalah). A great restaurant as an opening for Thai delicacy.
Som Tam Nua
Siam Centre, 4th floor
BTS: Siam (gampang banget exit BTS Siam langsung kelihatan jajaran mall-mall disekitarnya termasuk Siam Centre ini)

Kami lalu check-in di Novotel Bangkok Fenix Silom, hotelnya bagus nyaman, serta berada di salah satu pusat kota Bangkok dan cuma berjarak 1 stop (yang bisa juga jalan kaki) ke BTS Saphan Taksin, Chao Praya River (tempat dimana pusat wisata Bangkok berada, Grand Palace, Wat Pho, dan Wat Arun, tinggal lanjut naik boat). Dengan lokasi yang bisa dibilang masih lumayan strategis (yah pokoknya selama ada BTS, bisa mudah kemana-mana) untuk ukuran hotel bintang 4 ini ratenya lumayan jauh lebh murah dibandingkan hotel lain di wilayah yang lebih dekat dengan pusat keramaian, misalnya area Siam (walaupu hotelnya Novotel juga). Permalam di hotel ini dibawah IDR 800.000 book via Traveloka. Sedangkan untuk ukuran standard hotel yang sama di area lain bisa diatas IDR 1.000.000 semua. Worth it.
Amenitiesnya, hmmm ahahaha. Aduh, mungkin semua tipe hotel di Bangkok menyediakan ini kali ya. 
Tapi kurang recommended kalau untuk yang suka jalan atau bawa anak kecil, karena menuju hotelnya sendiri dari stasiun BTS terdekat harus jalan lagi another 800 meter (ampir sekilo, err). Kalau lagi abis seharian muter-muter Bangkok, lalu pulang dari BTS harus jalan kaki yang lumayan jauh lagi ya agak males juga.
Tip: Kalau cari hotel atau penginapan, lebih enak yang persis depan stasiun BTS. Jadi jalan kakinya enggak banyak. (well beda cerita kalau emang kemana-mana naik taxi atau Uber gak naik public transportation ya)
Kalau tujuan utamnya datang ke Bangkok akan lebih sering untuk shopping dan berada di sekitar wilayah jajaran mall-mall berada maka jangan stay disini, hotel ini deketnya ke Chao Praya River area.
Novotel Bangkok Fenix Silom
320 Silom Road, Suriyawong, Bangrak, Bangkok 10500 
BTS: Surasak (continue walk 800 metres)

Malamnya kami melintasi sungai Chao Praya dengan boat demi dinner di pinggir sungai, sungai terpanjang di Thailand yang padahal menurut saya sendiri sungainya juga enggak bagus-bagus amat, airnya masih coklat enggak bening. Bahkan bau amis air sungai dan beberapa sampah mengapung juga masih mewarnai sungai ini. Tapi entah kenapa bisa sukses menjadi objek wisata para turis. Banyak hotel-hotel bintang lima juga dibangun di pesisir sungai ini dan harga kamar di jual lebih mahal untuk 'river view' nya.

Four Seasons :)

Asiatique The Riverfront, sebuah kawasan open air mall yang terletak di pinggir sungai Chao Praya Ada juga kok akses lewat daratnya, tapi seru aja gitu malam-malam naik boat. Mall ini dipenuhi shopping centre (kebanyakan yang dijual suvenir, bukan brand-brand kenamaan) dan beragam restoran dari yang murah sampai yang mahal ada. Ini cocok sekali untuk yang mau sunsetan lalu lanjut dinner. 


Untuk yang mau dinner cantik bisa pilih restoran dengan river view seperti Capri atau Baan Khanita. Kami sendiri memilih Happy Fish, karena mikir seafood dinner more suitable dengan tempat saat itu, kan di pinggir-pinggir sungai, haha. Harganya juga gak semahal resto yang lain. Makan berdua THB 1330. Kalau soal tempat, sama strategisnya kok, pilih aja duduk di deretan kursi outdoor paling luar restoran, viewnya sama-sama river, bisa melihat ramainya boat lalu-lalang juga. 
Sebenarnya ada juga semacam food court area di dalam dengan harga yang jauh lebih murah. But what's the point you come to this kind of river view place kalau makannya di area dalam gak bisa lihat Chao Praya river pada malam hari kan. 
Di dalam Asiatique ini gak hanya makanan aja yang ada tapi juga beragam toko baju-baju Bangkok dan toko suvenir yang lucu-lucu sampai toko dekorasi rumah ada semua disini, lengkap. 
Anting
Blok-bloknya banyak banget. Saya inget banget singgah ke sebuah toko keramik yang menjual set toples tempat sugar, coffee, and tea (untungnya saya beli) dan saya nyesel banget gak beli speaker corong keramik tanpa kabel sama tempat sabun berukiran kucing di atasnya yang masih kepikiran sampai sekarang. Hiks.

Saya dan Seto menutup dinner penuh kolesterol kami dengan  makan dessert khas Thailand yaitu sticky rice Mango di Mango Tango. Ini dessert cafe yang sangat recommended dikunjungi kalau pas datang ke Bangkok ya. Selain di Asiatique, Mango Tango juga membuka beberapa cabang di sini. Mangga dengan ketan ini sudah lama menjadi dessert favorit dan khas Thailand. Di restoran pinggir jalan atau di street food banyak yang jual. Tapi datang ke Mango Tango udah all in paketnya, harga yang masuk akal, rasa yang terjamin  enak dan menu yang beragam seputaran buah mangga bikin dessert cafe ini jadi a must try!
Tip: Once you find something yang unik dan kamu suka banget, langsung BELI! Seriously, beli aja! Gak usah mikir "ah besok kan mau ke tempat x (biasanya Chatuchak Weekend Market) palingan banyak yg jual gini dan lebih murah". Enggak, nggak usah. Kalau cuma pengen beli sebiji-sebiji aja ya, unless emang niat bawa oleh-oleh atau belinya banyakan boleh deh nunggu sedikit dan cari tempat yang jual dengan harga lebih murah -yang itu juga tricky, karena bisa ketemu bisa enggak kan-. Bedanya juga gak jauh-jauh banget asal nawar pinter ya. Karena beneran deh enggak ada gunanya nahan-nahan gak beli yang dilihat waktu itu yang ada kepengenan once realise pengen balik lagi, gak ada waktu, or once ada waktu tapi lupa jalan, enggak inget tempatnya dimana. Bangkok is huge kalau berbau dengan benda-benda printil di market (kalau cari toko di mall sih beda cerita ya). Saya aja ampe sekarang masih kepikiran dan niat pengen balik lagi ke toko keramik itu kalo ada kesempatan ke Bangkok lagi.
Asiatique The Riverfront
Opening hour 17.00 - 00.00
BTS: Saphan Taksin (continue with service boat to Asiatique, gratis!)


balik ke hotel naik tuk tuk yang super mahal itu errr
Tip: Semua tuk tuk driver itu kalau sama turis pasti taro harga yang mahal buanget. Idealnya naik tuk tuk jarak dekat itu THB 30-50an ya. Jadi kalau pas dia bilang THB 100 kayak yang saya naikin ini JANGAN MAU! Pokoknya tarif temennya bajaj ini ya kurang lebih sama kayak naik ojek. Gitu aja ngira-ngira harganya. Untuk jarak dekat naik tuk tuk oke banget karena labih cepat dan murah (asal gak dikibulin harganya).

Thank you for reading :)

Besok waktunya wisata religi, continue reading to part 2...

You Might Also Like

0 comments